Selasa, 01 Juni 2010

Kau Tahu? Aku Senang Bisa Menemanimu Menangis...

"kau benar. kadang-kadang memang kita harus menangis untuk merasa bahagia..."

dalam detik-detik yang makin kering, malam-malam yang bisu dan hari-hari yang beku kita akan tahu apa arti ketakutan. Entahlah, aku juga tak tahu dengan cara apa, tapi ada malam-malam tertentu, di mana potongan-potongan kenangan akan terputar ulang dengan sendirinya tepat di depan mata kita, menumpuk di hemispher-hemispher kita, menyesakinya, kadang-kadang bahkan sampai membuat kita terpojok.lalu kita akan butuh tangisan untuk itu. Saat itu, kita akan bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi kita air mata...

"ya, aku tahu rasanya. Antara puas dan kecewa bukan?"

Selalu. Rasanya akan selalu seperti itu. kau akan puas karena kau bisa lepas dari kenangan yang menghimpitmu tepat di jantung. Tapi kau akan kecewa, bukan hanya karena kenangan-kenangan itu akan memmbuka kembali luka yang tak kau mengerti mengapa masih teringgal di girus-girusmu walau kau telah menguburnya dalam-dalam. tapi juga karena sebenarnya kau tahu, semakin kau menangis, semakin kau merasa sendiri. Aku berat mengatakannya, tapi jujurlah, tak ada yang tahu dan peduli apalagi mau menghabiskan waktunya untuk menemanimu (selain aku, tentu saja) menangis malam ini...

"hmmm... baiklah, aku akan menemanimu menangis malam ini..."

Aku akan menemanimu menangis. Setidaknya malam ini. Tapi tak akan lama. Mungkin sekitar sepuluh atau lima belas menit sampai bayangan air matamu memantul di kaca-kaca mataku. Menangis itu menular bukan? dan aku sangat tak ingin (terlihat) menangis di depanmu. Jadi jangan marah kalau aku akan berusaha membujukmu...

"tapi, aku tak tahu caranya bagaimana membujuk. aku masih menganggap itu pekerjaan yang tak rasional..."

Jangan pernah berharap seorang lelaki cengeng dan manja akan membujukmu. Sebenarnya aku ingin, tapi aku tak tahu caranya. kadang-kadang aku merasa membujuk itu seperti mengajarimu tentang kehidupan (siapa yang lebih tahu tentang pelajaran kehidupan daripada kau?). Sebenarnya sudah dari dulu aku ingin belajar bagimana membujuk yang benar, tapi kau tahu bukan belakangan ini aku sangat sibuk. jadi mungkin aku akan ikut kursus membujuk suatu saat nanti. mungkin tahun depan..

"Kalau begitu tak perlu pedulikan apa isinya, karena yang penting adalah aku membujukmu!"

Aku yakin, tahun depan kau bahkan tak lagi mengingat apa yang kukatakan malam ini. Tapi aku yakin, kau akan selalu ingat bahwa pernah ada suatu malam di mana kau menangis dan aku ada di sampingmu. Sebenarnya aku berat mengatakannya, tapi kau tahu? aku senang bisa menemanimu menangis...

Kota-kota yang kehilangan nama


kami mencintaimu sebagai kota
tempat kami menghirup, mengecup kehidupan
yang kami jalani, kami jalangi
gedung-gedung tinggi dan menara-menara
yang dari rahimmu
kami lahirkan anak cucu
kami lahirkan masa depan

tapi kami juga mencintaimu sebagai nama
tempat kami menitip kenangan
pelabuhan kecil dan perahu-perahu mungil
pria-pria tua yang memainkan chopin
yang dari hujan pagi
kami hirup wangi tanah
kami tiup wangi embun

Mavi Marmara


ini kapal, tuan
berisi tangis dan air mata penduduk bumi
yang kami bungkus dalam peti-peti
karena negara kami tak pernah punya lisensi
untuk membuat nuklir dan jutaan amunisi

ini kapal, tuan
makanan bagi jutaan bocah tak berdosa
yang Tuan bunuh ayah-ibunya
selimut bagi ribuan perempuan tua
yang Tuan hancurkan rumahnya

ini kapal, tuan
hanyalah tubuh yang dengan tabah memutuskan
meninggalkan rumah, menanggalkan ketakutan
karena percaya bahwa kemanusiaan
hanya bisa diperjuangkan
dengan menempuh lautan
menyerahkan diri di ujung senapan

welcome to the fadlanous's poems parade