Kamis, 23 Desember 2010

kutemukan hatimu

bertahun-tahun aku mencari
sebuah bukit yang paling indah
tempatku kelak membangun rumah
bertahun-tahun aku mencari
sejengkal tanah yang paling subur
tempatku kelak menggali kubur
kutemukan hatimu...

Kamis, 09 Desember 2010

sajak tentang betapa indahnya menetes sebagi hujan setelah bertahun-tahun kulewati musim sebagai awan

bertahun-tahun
memendam perasaan ini
menguapkanku
jadi awan

sore kemarin
balasanmu kuterima
meleburkanku
jadi hujan

Sajak Tentang Sepasang Orang Gila yang Sedang Berpikir Untuk Jatuh Cinta

I. Sejak dulu selalu saja orang tak pernah setuju
tentang bagaimana kita membagi-bagi manusia
kedalam kategaori-kategori: gila dan waras
maka kuajak kau saja untuk menanggalkan
segala definisi segala diskusi
bukankah ditengah dunia yang sedang sakit keras
cinta adalah satu-satunya pilihan waras?

II. Pernah kepadaku kau bertanya
tentang betapa gila sebuah cinta
jika ia berhadapan dengan norma-norma
bukankah sejak dulu kita tahu
bahwa cinta tak hanya buta dan gagu
tapi juga gila

III. pernah suatu ketika
kita tertawa di sebuah rumnah sakit jiwa
melihat sepasang manusia gila sedang memadu asmara
ahh.. kau tahu matanya sedang mengatakan apa?
enyah saja kalian manusia-manusia angkuh
apa kalian tak tahu, bumi ini hanya milik kami berdua..

IV. setiap sejarah menyimpan kisah-kisah
tentang anak manusia yang lari dari hidupnya
kau memang tak secantik juliet
dan akupun tak tahu siapa romeo,
tapi sepertinya kita punya satu kesamaan
bahwa kita sama-sama gila

Rabu, 08 Desember 2010

Kesepian yang membunuh

Beberapa minggu ini, pasca selesainya ujian akhir sistem tumbuh kembang dan geriatri, saya praktis tak punya kesibukan apa-apa. harusnya, bebas dari kesibukan kuliah dan tak punya pekerjaan rutin adalah sebuah kabar gembira. Namun entah kenapa, tak punya rutinitas justru terasa menyiksa.

Di awal-awal masa dorman (merujuk pada salah satu fase dalam siklus hidup sel, yaitu di mana sel mengalami fase istirahat/tidur), saya cukup bisa mengimbangi waktu libur dengan menyusun jadwal belajar, atau mengisi waktu kosong dengan menulis. Saya menyusun jadwal belajar mandiri pada pagi hari hingga siang hari, mengulang kembali pelajaran-pelajaran selama kuliah, baca-baca soal ujian, lalu ke tidur siang sebentar, kemudian olahraga atau jalan-jalan pada sore hari, dan malamnya lanjut menulis. Untuk sementara waktu kegiatan-kegiatan itu bisa mengisi waktu kosong yang melimpah. Tapi, lambat laun, seiring berjalannya waktu, kegiatan-kegiatan yang saya lakukan untuk membunuh kekosongan jadwal itu semakin terasa menjemukan.

Jadilah saya akhir-akhir ini bangun di pagi hari dan tak tahu mau melakukan apa. Sehari dua hari memang bisa dilalui secara wajar, namun setelah beberapa minggu, perasaan kosong, tak tahu harus melakukan apa itu sungguh menyiksa. Saya kadang-kadang keluar ke kampus mencari kesibukan (berharap menemukan seseorang di kampus, mungkin junior-junior yang lagi malas kuliah, atau teman sependeritaan yang juga bosan dengan libur, untuk diajak menghabiskan waktu duduk di kantin mak lia, lalu ngobrol hingga sore), atau mengajak si Ade, buat main game seharian di Dugeng, atau duduk seharian di BEM atatu sinovia, baca buku atau surat kabar, saya juga pernah menghabiskan dua hari penuh di kamar buat nonton film. Namun kesibukan-kesibukan itu juga akhirnya hanya bisa bertahan sekian hari. Selanjutnya saya kembali merasa bosan. Kembali ke perasaan-perasaan jemu.

Perasaan bosan ini benar-benar menghantui. Malam hari, kadang-kadang saya tak bisa tidur (penyakit lama yang muncul kembali, mungkin akibat perasaan tertekan). Saya biasa mengusir insomnia dengan membaca buku-buku kedokteran, diktat kuliah, atau catatan kuliah (biasanya itu berhasil untuk menciptakan rasa kantuk luar biasa), namun kenyataannya, juga kadang-kadang tak berhasil.

Yang lebih parah sebenarnya dari rasa bosan yang begitu menyiksa ini adalah rasa kesepian. ya, kesepian. Kita mungkin bisa membunuh rasa bosan dengan melakukan berbagai hal kecil, tapi tak ada yang bisa membunuh rasa kesepian. teman-teman lain telah masuk koass, sebagian lain ada yang lagi sibuk kuliah, dan kita hidup sendiri. menjalani aktifitas sendiri, dan sibuk berperang dengan pikiran-pikiran sendiri. Dan mungkin perasaan ini yang sedang saya alami sekarang...

Selasa, 16 November 2010

HAPPY IED!!!!


mmm... bagaimana mencari kata-kata yang cocok ya??
begini saja, langsung pada tema intinya:
Selamat idul adha 1431 H
mohon maaf lahir bathin!!

Minggu, 14 November 2010

Mimpi: benarkah "pesan" yang dikirimkan Tuhan lewat tidur kita?

Ada banyak hal yang kita percayai tentang mimpi. Berbagai kebudayaan di peradaban manapun di seantero dunia punya tradisi mitos yang begitu kuat yang mempercayai adanya keterkaitan antara mimpi yang kita alami dengan kejadian nyata dalam kehidupan kita. Beberapa kebudayaan mempercayai bahwa mimpi merupakan pesan akan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Beberapa kebudayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan media komunikasi bagi orang-orang yang telah mati untuk berinteraksi dengan manusia yang masih hidup, beberapa kepercayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan cara Tuhan berbicara dengan manusia.
Semenjak dulu, saya sebenarnya tak pernah percaya dengan semua mitos itu. Bagi saya, tak ada satupun penjelasan argumentatif yang bisa menjelaskan keterkaitan antara mimpi dengan kejadian-kejadian di masa depan, bahkan penjelasan yang paling metafisis sekalipun. Satu-satunya penjelasan metafisis yang saya percaya tentang mimpi adalah bahwa mimpi merupakan keistimewaan yang Tuhan berikan kepada para Nabi, agar Tuhan bisa bicara dengan orang-orang terpilih itu lewat mimpi mereka. Dan keistimewaan itu hanya untuk para Nabi, yang lain tidak!
Saya mempercayai hal itu, hingga pada suatu ketika, mungkin satu atau dua minggu yang lalu saya mengalami kejadian aneh. Suatu malam saya mengalami dua mimpi berturut-turut dalam tidur saya. Saat pertama saya tidur malam itu, saya bermimpi bertemu dengan teman (teman? Yahh seperti itulah kami sering mengakuinya) semasa SMA. Dalam mimpi yang bersetting di halaman SMA itu, si teman lama menghampiri saya, lalu mohon pamit karena dia hendak pindah rumah. Beberapa detail dalam mimpi itu saya sudah lupa, anda pasti tahu susahnya mengingat detail-detail mimpi yang rumit, tapi yang pasti, dalam mimpi saya itu, si teman lama memohon izin karena hendak pindah rumah.
Setelah mimpi itu, saya sempat terbangun, sempat nonton TV sejenak, lalu tertidur kembali. Nah, setelah tertidur kembali, saya kembali bermimpi. Kali ini mimpinya agak lebih dramatis, saya bermimpi dikejar-kejar ayah saya yang waktu itu saya tak tahu alasannya kenapa, hingga dia seperti kesetanan mengejar-ngejar saya. Rasanya saat itu, saya muncul begitu saja dalam mimpi dan tiba-tiba saja berada dalam situasi di mana saya harus berlari mencari tempat sembunyi, sementara ayah saya berlari mengejar saya dengan kayu bakar di tangannya. Setelah mimpi itu, saya kembali terbangun, saya sempat berpikir alangkah anehnya mimpi ini, tapi saya percaya bahwa mimpi-mimpi yang aneh memang sering terjadi dalam tidur kita. Jadi, ini adalahsesuatu yang lumrah dan biasa terjadi.
Yang mengejutkan saya adalah ternyata pada hari itu juga saya mengalami dua peristiwa yang.. (apa ya bahasanya? Membekas? Dramatis? Memorable?) intinya susah saya lupakan. Pertama, pagi-pagi pas saya menelefon ayah untuk sebuah keperluan, ayah ternyata lagi marah sama saya. Ia sangat tersinggung dengan sikap saya beberapa minggu sebelumnya yang ternyata masih sangat membekas di hatinya. Selama ini ayah tak pernah bilang ke saya sebelumnya. Saking emosinya sama saya, saat bicara, ia bahkan terdengar hampir menangis. Saya merasa sangat menyesal saat itu juga, merasa bersalah, berdosa, merasa kurang ajar, tak tahu terima kasih. Di telefon, saya hanya bisa merasa bersalah dan mengutuki diri dalam hati. Ayah menutup telefonnya, sebelum saya sempat minta maaf..
Kedua, pas hari itu juga, saat saya lagi buka fesbuk, seorang teman lama (yang tadi muncul di mimpi) menyapa di chatroom. Setelah ngobrol beberapa lama, ia memberitahu saya, katanya beberapa minggu lagi mau nikah. Saya sangat terkejut, dia tak pernah bilang sebelumnya. Saya bahkan tak tahu bahwa dia punya pacar. Katanya, si lelaki itu teman waktu bimbel dulu. Waktu itu saya bilang, Alhamdulillah, semoga berbahagia, jadilah keluarga yang teduh dan semoga sukses dalam hidup.. sebelum dia offline, dia sempat bercanda, katanya sampai sekarang dia masih menunggu saya nembak. Ahh… ada-ada saja..
Saya sebenarnya tak ingin mempercayai segala takhyul dan mitos yang orang lain percayai tentang mimpi, tapi dua kejadian hari itu begitu nyata, dan semua orang yang mendengar kisah ini (walaupun saya tak pernah menceritakan kisah ini kecuali di blog ) pasti merasakan adanya kaitan antara dua mimpi saya hari itu dengan dua kejadian yang terjadi hari itu juga. Saya juga tak mungkin menyangkal kaitan ini.
Saya pernah mendengar penjelasan rasional dari seorang dosen (saya lupa siapa namanya), bahwa mimpi sebenarnya merupakan akibat dari proses penyusunan memori-memori yang ditangkap oleh otak kita. Saat kita tidur atau istrahat, otak kita menyusun kembali memori-memori yang telah direkam sepanjang hari dan memilah-milahnya ke dalam memori jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Nah.. menurut penjelasan ini, mimpi yang kita alami itu adalah efek dari aktifitas otak ini. Masalahnya adalah mimpi yang saya alami hari itu, bukanlah sesuatu yang pernah terekam dalam memori otak saya sebelumnya. Saya tak pernah tahu tentang kemarahan ayah saya sebelumnya. Dan saya juga tak pernah berkomunikasi lagi dengan si teman lama selama berbulan-bulan, saya juga tak pernah memikirkannya belakangan ini. Terakhir saya bertemu dia beberapa bulan yang lalu. Jadi, menganggap mimpi ini sama sekali hal biasa dan tak ada kaitan dengan kehidupan nyata justru terasa tak masuk akal.
Entahlah.. mimpi dan kenyataan memang berada pada dua dimensi kehidupan yang berbeda. Kita tak pernah (atau belum) benar-benar mampu menemukan benang merah antara keduanya. Tapi kadang-kadang kita tahu (sesubjektif apapun perasaan kita) bahwa ada kaitan besar (atau mungkin pesan) yang ingin disampaikan oleh mimpi kita..

Rabu, 10 November 2010

bagaimana mendefinisikan kepedihan?

entahlah.. mungkin ada banyak orang di luar sana yang tak pernah tahu tentang kepedihan. mereka, di luar sana yang hidup serba berkecukupan dan berkemudahan, yang hidupnya hanya mengenal sekolah, belanja dan hobby. selain itu mereka punya segala hal untuk bisa melakukan apa saja untuk mereka. selalu ada pembantu yang akan memasak untuk mereka, mencuci baju mereka, menyiapkan makanan, bahkan sampai menyetrika dan mempersiapkan apapun yang mereka butuhkan, selalu ada orang tau yang punya banyak uang yang bisa melakukan apa saja untuk mereka. dan yang paling penting, mereka punya kemampuan untuk menarik siapapun untuk dekat dengan mereka, uang, posisi, status, fisik, kekerabatan..

saya pernah bertanya dalam hati, bagaimana orang-orang seperti ini mendefinisikan kesedihan dan kemalangan? apakah bagi mereka kemalangan adalah ketika mereka dapat nilai E dalam sebuah mata kuliah, atau mungkin kepedihan bagi mereka adalah saat mereka sedang di stadion menyaksikan tim sepakbola kessayangan mereka kalah dari tim lawan, atau mungkin bagi mereka kesedihan adalah saat mereka ketinggalan konser salah satu artis pujaan mereka..

saya juga tak tahu bagaimana mendefinisikan kepedihan dan kemalangan, bagi saya itu adalah suatu yang terasa absurd, bahkan ketika di saat-saat tertentu saya merasakan secara langsung kepedihan dan kemalangan itu hadir dalam ruang-ruang yang nyata,dalam keseharian hidup, dalam kenyataan yang saya alami di depan mata. ia tetap saja absurd dan sulit dimengerti..

atau haruskah aku menjadi anak-anak yang berdiri di pinggir jalan yang berpakaian gembel dan mengemis, atau menjadi orang tua yang di pinggir jalan, yang sebelah kakinya, atau kadang kadang sebelah tangannya buntung, untuk bisa mengerti bagaimana kepedihan itu.. bagaimana kemalangan itu..

ataukah memang kesedihan dan kepedihan bukanlah sesuatu untuk kita pertanyakan.. mungkin kesedihan dan kepedihan adalah hal-hal determinis yang harus kita terima sebagimana adanya.. mungkin kesedihan tercipta untuk menyatu dalam diri kita, untuk melengkapi sisi kemanusiaan kita...
entahlah..

Terima kAsih Tuhan, telah mengizinkanku menulis semua surat ini..

tidak selamanya Tuhan memberikan kita ingatan untuk setiap momen dalam hidup kita. Adakalanya kita tak mampu mengingat semua kejadian, peristiwa dalam hidup kita, mulai dari hal yang paling sederhana, hingga ke hal yang paling rumit sekalipun..

Untuk itu aku bersyukur kepada Tuhan. diberikannya aku kemampuan untuk menulis hingga penggalan-penggalan cerita dalam hidup ini bisa kutulis di suatu tempat sehingga kelak aku bisa membacanya kembali.. dengan menulis aku bisa merekam kejadian-kejadian yang kelak mungkin akan terhapus dari memori, mulai dari hal-hal yang tak penting seperti betapa menjengkelkannya dosen hari ini, potongan-potongan cerita komik, atau serial-serial kartun yang aku tonton sebelum berangkat ke kampus hingga hal-hal penting seperti pelajaran hidup berharga yang kadang-kadang aku dapat tanpa sengaja atau bahkan pengalaman-pengalaman sentimentil yang menguras emosi..

yahh.. kadang-kadang tulisan itu akan teronggok begitu saja, di sebuah tempat, mungkin menjadi catatan penting yang masih tersisip di buku harian, atau jika beruntung sempat kutuliskan di blog, atau paling sial mungkin akan berakhir di tempat sampah, tapiyang pasti, akan ada saatnya kita butuh kenangan. kita butuh memutar kembali rekaman kebahagiaan dalam hidup ini, agar kelak saat kita lagi merasa tertekan-yaahhh seperti sekarang- kita punya sesuatu untuk menghibur, kita butuh kenangan kita akan kesedihan, agar kelak mungkin kita bisa memutarnya saat kita lagi merindukan kisah-kisah melankolik dari cerita kehidupan kita..

apapun itu.. terima kasih Tuhan, telah memberikan kesempatan padaku untuk menulis-semua tulisan ini- yang mungkin sebagian akan kutujukan kepadamu, namun tak pernah kukirim karena kutak tahu alamatmu.. aku senang, karena aku tahu, setidaknya kau pasti pernah membaca semua catatanku...

Selasa, 01 Juni 2010

Kau Tahu? Aku Senang Bisa Menemanimu Menangis...

"kau benar. kadang-kadang memang kita harus menangis untuk merasa bahagia..."

dalam detik-detik yang makin kering, malam-malam yang bisu dan hari-hari yang beku kita akan tahu apa arti ketakutan. Entahlah, aku juga tak tahu dengan cara apa, tapi ada malam-malam tertentu, di mana potongan-potongan kenangan akan terputar ulang dengan sendirinya tepat di depan mata kita, menumpuk di hemispher-hemispher kita, menyesakinya, kadang-kadang bahkan sampai membuat kita terpojok.lalu kita akan butuh tangisan untuk itu. Saat itu, kita akan bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi kita air mata...

"ya, aku tahu rasanya. Antara puas dan kecewa bukan?"

Selalu. Rasanya akan selalu seperti itu. kau akan puas karena kau bisa lepas dari kenangan yang menghimpitmu tepat di jantung. Tapi kau akan kecewa, bukan hanya karena kenangan-kenangan itu akan memmbuka kembali luka yang tak kau mengerti mengapa masih teringgal di girus-girusmu walau kau telah menguburnya dalam-dalam. tapi juga karena sebenarnya kau tahu, semakin kau menangis, semakin kau merasa sendiri. Aku berat mengatakannya, tapi jujurlah, tak ada yang tahu dan peduli apalagi mau menghabiskan waktunya untuk menemanimu (selain aku, tentu saja) menangis malam ini...

"hmmm... baiklah, aku akan menemanimu menangis malam ini..."

Aku akan menemanimu menangis. Setidaknya malam ini. Tapi tak akan lama. Mungkin sekitar sepuluh atau lima belas menit sampai bayangan air matamu memantul di kaca-kaca mataku. Menangis itu menular bukan? dan aku sangat tak ingin (terlihat) menangis di depanmu. Jadi jangan marah kalau aku akan berusaha membujukmu...

"tapi, aku tak tahu caranya bagaimana membujuk. aku masih menganggap itu pekerjaan yang tak rasional..."

Jangan pernah berharap seorang lelaki cengeng dan manja akan membujukmu. Sebenarnya aku ingin, tapi aku tak tahu caranya. kadang-kadang aku merasa membujuk itu seperti mengajarimu tentang kehidupan (siapa yang lebih tahu tentang pelajaran kehidupan daripada kau?). Sebenarnya sudah dari dulu aku ingin belajar bagimana membujuk yang benar, tapi kau tahu bukan belakangan ini aku sangat sibuk. jadi mungkin aku akan ikut kursus membujuk suatu saat nanti. mungkin tahun depan..

"Kalau begitu tak perlu pedulikan apa isinya, karena yang penting adalah aku membujukmu!"

Aku yakin, tahun depan kau bahkan tak lagi mengingat apa yang kukatakan malam ini. Tapi aku yakin, kau akan selalu ingat bahwa pernah ada suatu malam di mana kau menangis dan aku ada di sampingmu. Sebenarnya aku berat mengatakannya, tapi kau tahu? aku senang bisa menemanimu menangis...

Kota-kota yang kehilangan nama


kami mencintaimu sebagai kota
tempat kami menghirup, mengecup kehidupan
yang kami jalani, kami jalangi
gedung-gedung tinggi dan menara-menara
yang dari rahimmu
kami lahirkan anak cucu
kami lahirkan masa depan

tapi kami juga mencintaimu sebagai nama
tempat kami menitip kenangan
pelabuhan kecil dan perahu-perahu mungil
pria-pria tua yang memainkan chopin
yang dari hujan pagi
kami hirup wangi tanah
kami tiup wangi embun

Mavi Marmara


ini kapal, tuan
berisi tangis dan air mata penduduk bumi
yang kami bungkus dalam peti-peti
karena negara kami tak pernah punya lisensi
untuk membuat nuklir dan jutaan amunisi

ini kapal, tuan
makanan bagi jutaan bocah tak berdosa
yang Tuan bunuh ayah-ibunya
selimut bagi ribuan perempuan tua
yang Tuan hancurkan rumahnya

ini kapal, tuan
hanyalah tubuh yang dengan tabah memutuskan
meninggalkan rumah, menanggalkan ketakutan
karena percaya bahwa kemanusiaan
hanya bisa diperjuangkan
dengan menempuh lautan
menyerahkan diri di ujung senapan

Senin, 31 Mei 2010

masih menunggumu di pintu gaza


dan sebelum gerbang ditutup
lelaki-lelaki kurus menengadah di tepi jalan
berjalan pulang sebalum jam malam

kutunggu kau di pintu gaza
dermaga kecil dengan tiang-tiang mungil
saat deru kapalmu menyisiri pantai
lalu menyusuri sela-sela senapan

kami tak pernah tahu
berapa lama lagi
setiap hari dari hidup kami
ditebus dengan darah di lautan

aku masih menunggumu di pintu gaza

Minggu, 30 Mei 2010

Masih kah Kau Mencintai Aku?

SELALU engkau tanyakan padaku, "apakah engkau masih mencintai aku?"

Aku sejak dulu bertanya, apakah kata 'masih' memang pantas disandingkan
dengan kata 'Cinta' itu? Aku tak bisa meyakinkan engkau bahwa cinta itu kekal,
tapi maukah engkau seperti aku, yang terbiasa percaya saja pada kata 'selalu'?

*

Selalu engkau tanyakan padaku, "apakah mimpi kita pantas terus diteruskan?"

Aku sejak dulu menjawabmu begini, "sejauh ini sudah kita bersama melangkah,
kita memulai dengan sebuah mimpi, lalu perjalanan dari mimpi ke mimpi. Kita
pasti akan lelah. Kita memang belum sampai. Tapi, lihatlah apa yang telah kita
tempuh: mimpi-mimpi yang mengadakan kita, mimpi-mimpi yang mengitakan kita."

Sabtu, 29 Mei 2010

isilah hidup dengan batu-batu besar

hidup yang kita nafaskan
adalah tempayan
yang tiap hari kita isi bebatuan

ada begitu banyak cerita
begitu banyak cita-cita
sementara hidup kita
tak pernah mampu mencukupi

jika kita tak pernah mampu
mengisi tempayan kita dengan bebatuan-bebatuan besar
maka tempayan kita tak lebih dari kerikil-kerikil kecil

Jumat, 28 Mei 2010

mengapa harus ada yang pergi dan meninggalkan?

kutahu, di setiap perjalanan
akan ada kehilangan
akan ada kepergian
akan ada kesedihan

ah, mengapa harus ada yang pergi dan meninggalkan?
bukankah kita telah bersama-sama memutuskan
akan menjalani hidup sebagai awan?

Kamis, 27 Mei 2010

merelakan kepergian

setiap daun-udaun yang tumbuh adalah
kehilangan bagi rimbun musim sebelumnya
setiap nafas-nafas yang pergi
adalah kehadiran bagi jiwa-jiwa yang lain

Jika kita tahu bahwa kepergian itu niscaya
maka mengapa kita tak mampu pergi dengan bahagia?

Bukankah kita selalu percaya
bahwa setiap jalan penciptaan-Nya
lahir dari kematian-kematian yang lain

Kutitip wangi lili di senyummu

di senyummu
aku menitip beberapa tangkai lili
beberapa berwarna putih
beberapa berwarna merah muda

kadang-kadang
ketika musim dingin tiba
aku harus mencari hangat
dan wangi lili
di senyummu

Teruslah Berjalan

sebelum lelah tangan ini memanggul
nyanyian-nyanyian pilu dalam bakul
dan sekantung penuh air mata
akan kuantar kau kau menuju kota
tempat kita harusnya berhenti
menunggu mati

teruslah berjalan
hingga sampai kita ke tanah harapan
tempat kita menebar nyanyian
yang sepanjang jalan meronta-ronta
tempat kita bisa menanam airmata
yang kelak tumbuh menjadi rumah

teruslah berjalan
sebelum tangan ini menjadi akar
tubuh ini menjelma belukar

kenduri ziarah

seperti baru kemarin kita berbincang
di tepi ladang saat kemarau begitu bandang
dan gumpal awan belum menuliskan kata hujan
engkau katakan ingin berziarah
ke sebuah padang, kau menyebutnya padang cinta
tempat bapak adam dan ibu hawa berjumpa
sebagai anak aku berkata, pergilah
sebagaimana para tetua pernah melakukan
bersama palka dan angin muson

lalu kau ikat kayu bakar, dan sama-sama kita panggul
menyusur jalan pulang, seraya menyebut perjalanan kelak
sebagai perjalanan yang mungkin terakhir engkau lakukan.

pada suatu pagi, ketika angin muson mulai berputar di atas bandar
aku mengantarmu pergi, seperti hendak menjemput mati
sebab sebuah perjalanan mungkin sampai, mungkin juga bukan
hanya, aku berharap tidak ada perjalanan yang sia-sia
air mataku jatuh, saat tubuh rentamu melambai seperti daun jagung
mungkin ini cara perpisahan yang aneh
atau semacam cara untuk memberi pesan, bahwa hidup manusia
hanyalah telur di ujung jarum, yang genting tetapi juga penting

sepanjang pergimu, air mataku meleleh-leleh
sekalipun air mataku bukan lilin
di mataku, engkau bukan lelaki renta
melainkan sosok yang begitu perkasa menantang ketakutanmu
sendirian

kelak jika engkau pulang, aku ingin mendengar cerita
tentang peziarah renta yang tersesat di sudut kota tua
dan di sebuah gang, ada seorang nabi meninggalkan anak istri
demi cinta tanpa syarat
lalu kita mengenalnya sebagai berkorban
sejenis kemampuan untuk tidak terikat kepada cinta
yang mungkin sia-sia

entahlah, selamat jalan lelaki renta, takdir menunggumu di sana

Persinggahan Terakhir

pernah di suatu sore saat kita ketinggalan kereta
kau cerita terbata-bata tentang cita-cita
yang selalu ingin kau ke sana: sebuah kota
tempat bagi pengembara seperti kita
tapi ini bukan tentang ziarah
yang sekedar singgah melepas lelah, menengadah
lalu perlahan lahan kita gerah
kau ingin menetap, membangun atap
tempat kita berbagi senyap yang kerap hinggap
melalap

di ujung galah, saat kita telah lelah bernafas
saat usia kita hampir meretas
kau berjanji ceritakan ke anak-anak kita
sebuah kota
tempat kita menanam mimpi dengan kerikil
tempat kita mejahit langit dengan perca
peta kota yang buta dan pengembara tak tahu arah

sebuah kota: tempat kita membangun rumah

welcome to the fadlanous's poems parade