Rabu, 08 Desember 2010

Kesepian yang membunuh

Beberapa minggu ini, pasca selesainya ujian akhir sistem tumbuh kembang dan geriatri, saya praktis tak punya kesibukan apa-apa. harusnya, bebas dari kesibukan kuliah dan tak punya pekerjaan rutin adalah sebuah kabar gembira. Namun entah kenapa, tak punya rutinitas justru terasa menyiksa.

Di awal-awal masa dorman (merujuk pada salah satu fase dalam siklus hidup sel, yaitu di mana sel mengalami fase istirahat/tidur), saya cukup bisa mengimbangi waktu libur dengan menyusun jadwal belajar, atau mengisi waktu kosong dengan menulis. Saya menyusun jadwal belajar mandiri pada pagi hari hingga siang hari, mengulang kembali pelajaran-pelajaran selama kuliah, baca-baca soal ujian, lalu ke tidur siang sebentar, kemudian olahraga atau jalan-jalan pada sore hari, dan malamnya lanjut menulis. Untuk sementara waktu kegiatan-kegiatan itu bisa mengisi waktu kosong yang melimpah. Tapi, lambat laun, seiring berjalannya waktu, kegiatan-kegiatan yang saya lakukan untuk membunuh kekosongan jadwal itu semakin terasa menjemukan.

Jadilah saya akhir-akhir ini bangun di pagi hari dan tak tahu mau melakukan apa. Sehari dua hari memang bisa dilalui secara wajar, namun setelah beberapa minggu, perasaan kosong, tak tahu harus melakukan apa itu sungguh menyiksa. Saya kadang-kadang keluar ke kampus mencari kesibukan (berharap menemukan seseorang di kampus, mungkin junior-junior yang lagi malas kuliah, atau teman sependeritaan yang juga bosan dengan libur, untuk diajak menghabiskan waktu duduk di kantin mak lia, lalu ngobrol hingga sore), atau mengajak si Ade, buat main game seharian di Dugeng, atau duduk seharian di BEM atatu sinovia, baca buku atau surat kabar, saya juga pernah menghabiskan dua hari penuh di kamar buat nonton film. Namun kesibukan-kesibukan itu juga akhirnya hanya bisa bertahan sekian hari. Selanjutnya saya kembali merasa bosan. Kembali ke perasaan-perasaan jemu.

Perasaan bosan ini benar-benar menghantui. Malam hari, kadang-kadang saya tak bisa tidur (penyakit lama yang muncul kembali, mungkin akibat perasaan tertekan). Saya biasa mengusir insomnia dengan membaca buku-buku kedokteran, diktat kuliah, atau catatan kuliah (biasanya itu berhasil untuk menciptakan rasa kantuk luar biasa), namun kenyataannya, juga kadang-kadang tak berhasil.

Yang lebih parah sebenarnya dari rasa bosan yang begitu menyiksa ini adalah rasa kesepian. ya, kesepian. Kita mungkin bisa membunuh rasa bosan dengan melakukan berbagai hal kecil, tapi tak ada yang bisa membunuh rasa kesepian. teman-teman lain telah masuk koass, sebagian lain ada yang lagi sibuk kuliah, dan kita hidup sendiri. menjalani aktifitas sendiri, dan sibuk berperang dengan pikiran-pikiran sendiri. Dan mungkin perasaan ini yang sedang saya alami sekarang...

0 komentar:

Posting Komentar

welcome to the fadlanous's poems parade